2012-02-03 Pengantar Penerjemah Tafsir Fi Zhilalil Qur’an
Segala Puji bagi Allah yang telah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallohu alaihi wasallam beserta keluarga, para sahabat ,dan pengikutnya hingga hari kiamat. Amin
Alhamdulillah. Itulah kalimat yang harus saya sampaikan setelah merampungkan terjemah Tafsir Fi Zhilalil Qur’an ini.
Dari sekian banyak buku yang saya terjemahkan, buku tafsir ini paling banyak memberikan kepuasan spiritual dan intelektual. Karena Tafsir Fi Zhilalil Qur’an ini merupkan tafsir kontemporer paling aktual dalam memberikan terapi berbagai persoalan dan mejawab berbagai tuntutan abad modern ini berdasarkan petunjuk Al Qur’an. Di antara persoalan dan tuntutan abad modern yang paling menonjol adalah persoalan seputar pemikiran, ideologi, konsepsi, pembinaan, hukum, budaya, peradaban, politik, psikologi, spiritualisme, dakwah, dan pergerakan dalam suatu rumusan kontemporer sesuai dengan tuntutan zaman. Berbegai persoalan ini, di samping persoalan-persoalan lainnya, mendapatkan perhatian yang memadai di dalam tafsir ini. Sehingga membuat tafsir ini terasa sangat aktual, apalagi gagasan-gagasan Sayyid Quthb yang tertuang di dalam tafsir ini sangat orisinal berdasarkan nash-nash Al Qur’an tanpa terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran asing. Karena Sayyid Quthb termasuk pemikir, pejuang, dan ideolog muslim yang sangat kuat meyakini keunggulan dan kemampuan Al Qur’an dalam mengatasi berbagai problematika yang dihadapi oleh ummat manusia sepanjang zaman, sebagaimana telah dibuktikan oleh sejarah. Karena itu, para pembaca tafsir ini, di samping akan terhindar dari inferioritas yang umumnya dialami oleh orang-orang muslimyang berfikir sekularistik dalam menghadapi pertarungan ideologi dan fisik antara pembela Islam dan pembela kekafiran.
Sebenarnya Tafsir Fi Zhilalil Qur’an ini mendapat sambutan luas di dunia Islam. Hanya saja terjemahannya ke dalam bahasa ‘ajam (non-Arab), termasuk di antaranya ke dalam bahasa Indonesia, agak terlambat. Ini mungkin karena faktor bahasanya yang memang sangat berat, karena Sayyid Quthb di samping dikenal sebagai pemikir juga dikenal sebagai seorang sastrawan, sehingga untuk menerjemahkannya memerlukan kerja keras yang melelahkan. Dan memang itulah yang saya rasakan ketika menerjemahkan tafsir ini. Sekalipun saya berusaha untuk tidak menghilangkan satu kata pun dara bahasa aslinya, tetapi saya menyadari bahwa terjemahan ini masih sangat jauh dari cita rasa bahasa aslinya. Sekalipun demikian, semoga terjemahan ini, dengan segala kekurangannya bisa membantu para pembaca untuk meningkatkan pemahaman, kecintaan, keimanan, dan komitmennya kepada Al Qur’an.
Untuk melengkapi tafsir ini, saya tambahkan dua hal:
(1) Takhrij hadits dan atsar yang termuat di dalam buku tafsir ini. Takhrij ini saya nukilkan dari buku Takhrij Ahadits wa Asar Kitab fi Zhilalil Qur’an li Sayyid Quthb yang ditulis oleh Alawi As Saqqaf terbitan Daarul Hijrah li Nasyri wa Tauzi’, Saudi Arabia cet. 1 tahun 1991. Takhrij hadits ini, dicantumkan pada catatan kaki. Untuk membedakan catatan kaki yang dibuat oleh Sayyid Quthb dan catatan kaki tambahan ini, maka diakhir setiap catatan kaki tambahan tersebut dicantumkan inisial (as) yakni Alawi As Saqqaf. Sedangkan catatan kaki yang asli dari Sayyid Quthb tidak dibubuhi tanda apa-apa.
(2) Indeks tematik –untuk memudahkan pembaca- kami cantumkan langsung pada awal buku ini. Indeks ini saya nukilkan dari buku faharis Fi Zhilalil Qur’an, Miftah Kunuz Fi Zhilalil Qur’an yang disusun oleh Muhammad Yusuf Abbas, terbitan Daarut Thaibah, Riyadh, cetakan pertama 1407H/1987M. Sedangkan indeks kata, saya buat sendiri.
Semoga tambahan ini akan membantu dan memudahkan para pembaca dalam memanfaatkan buku tafsir ini.
Semoga penerbitan tafsir ini menjadi tambahan timbangan amal kebaikan di sisi Allah, bagi penerjemah, penerbit, pembaca, dan semua pihak yang terlibat dalam penerbitan ini. Amin.
Wassalam,
Jakarta, 4 Januari 2000
Aunur Rafiq Shalih Taahmid, Lc.
sumber: hasanalbanna.id