Skip to main content

2012-01-28 Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?

Fathi-Yakan-2.jpg

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Amma ba’du.

Buku yang ada di tangan Anda ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama menjelaskan karakter-karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim agar benar-benar menjadi muslim sejati. Pada bagian ini, kami menerangkan syarat-syarat yang harus ditunaikan oleh setiap orang yang memeluk agama (Islam) ini.

Sungguh banyak orang penganut Islam sebatas identitas diri atau menganut Islam karena lahir dari orang tua yang Muslim. Sebenarnya kedua model Muslim di atas sama-sama tidak mengerti, apa arti keberadaannya sebagai Muslim. Mereka tidak tahu konsekuensi yang harus ditanggung ketika menyatakan diri sebagai Muslim, sehingga wajar jika Anda melihat mereka berada di suatu wilayah kehidupan yang jauh dari Islam yang sebenarnya.

Target yang ingin kami capai pada buku ini adalah menjawab semua pertanyaan seperti di atas sekaligus menjelaskan apa yang dituntut oleh Islam dari setiap pemeluknya. Hal ini ditujukan agar keberadaannya sebagai Muslim menjadi lurus dan murni, sehingga ia benar-benar menjadi Muslim sejati.

“Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong.” (Al Hajj: 78)

Sedangkan pada bagian kedua buku ini, kami menjelaskan kewajiban berjuang menegakkan Islam dan bergabung dengan gerakan Islam (Harakah Islamiyah). Selain itu, kami juga menerangkan karakteristik gerakan Islam, lengkap dengan segenap tujuan, sarana, filosofi, cara kerja, dan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang yang bergabung dengannya.

Harus kami jelaskan di sini bahwa seluruh peristiwa yang terjadi di berbagai penjuru dunia Islam pada umumnya, dan di wilayah negara-negara Arab khususnya, mengungkapkan suatu kenyataan yang sangat besar. Kenyataan bahwa umat Islam saat ini mengalami “kekosongan luar biasa” pada berbagai aspek kehidupan.

Di masa lalu, umat ini melewati masa-masa sulit. Banyak institusi dan sistem terpuruk. Banyak gerakan dan organisasi yang pudar ketika harus menghadapi berbagai tantangan modern. Mereka terpuruk karena pada dasarnya tidak memiliki faktor-faktor yang dapat mempertahankan keberadaan dan menjamin kelangsungannya.

Sebab lain keterpurukannya adalah karena mereka hanya mengusung slogan-slogan kosong dan palsu dan tidak memiliki nilai dan substansi. Mereka juga terpuruk karena tidak orisinal. Maksudnya, tidak mencerminkan identitas umat yang sebenarnya. Mereka membawa nilai-nilai asing, dibuat-buat, dan diimpor. Sama seperti sepatu dan barang-bbarang yang diimpor dari luar negeri.

Karena sebab0sebab di atas, mereka tidak bisa bertahan lama. Kepalsuannya segera terbongkar, dan kelamahan-kelemahannya segera tersingkap. Oleh sebab itu, wajar jika kemudian semua lapisan masyarakat membutuhkannya karena merasakan sesuatu yang asing dan tidak cocok dengan prinsip dan aqidahnya.

Permasalahan mereka ibarat ginjal atau jantung yang dicangkok di dalam tubuh manusia. Kalaupun proses pencangkokan berhasil, maka tidak akan bertahan lama. Itu pun disertai rasa sakit dan penderitaan yang tidak ringan karena tubuhnya segera lemah lalu mati.

Itulah kondisi konkret yang dialami umat Islam saat mulai sadar kalau dirinya begitu lemah dan sakit. Dia tidak sanggup memikirkan apa yang harus dilakukan, sehingga tanpa ragu mengimpor berbagai nilai dan sistem positif (produk Barat) yang dianggap baik. Padahal, sistem itu mengandung hal-hal yang berpotensi membawa kebinasaan dan kehancuran. Juga memuat unsur-unsur kekacauan dan kerusakan, serta faktor-faktor yang mendorong pada tindakan mengabaikan dan menelantarkan!

Pada fase pertama, umat Islam mengadopsi peradaban Barat dan ideologi kapitalisme. Hasilnya, virus kanker menggerogoti tubuh umat pada setiap sendi kehidupannya, baik sosial, ekonomi, maupun politik. Virus-virus kanker merusak jati dirinya, mengacaukan pikirannya, merusak moralnya, dan terakhir menggiringnya ke altar kekalahan pertama begitu mengenaskan, yaitu kekalahan pada tahun 1948.

Meskipun kekalahan tersebut menyisakan pengalaman pahit dan penderitaan yang tak terperi, namun umat tetap terbelenggu dalam ketidak pastian dan kekacauan. Umat tetap tidak mampu mengendalikan emosi, terpengaruh oleh slogan-slogan palsu dan penampilan luar yang menggiurkan. Inilah yang membuatnya untuk kali kedua, ketiga, dan keempat menelan kekalahan yang sama berkali-kali. Sistem liberal, revolusi, dan komunis (yang kemudian dianutnya) tidak bearti apa-apa. Bahkan hubungan dengan dengan berbagai rezim pun tidak mampu menghindarkannya dari bahaya.

Jika kekalahan pada tahun 1948 adalah akibat dari sikap umat Islam yang mengekor pada ideologo imperialisme Barat, maka kekalahan pada 1967 terjadi karena mereka mengadopsi ideologi kaum proletariat kiri.

Dengan tergopoh-gopoh, umat Islam keluar dari gelombang peristiwa dan pengalaman hidupnya sambil membawa beban penderitaan yang berat dan luka yang menyakitkan. Putus sudah harapannya dari orang-orang yang selama ini menjadi sandaran hidupnya. Dan goyahlah kepercayaan yang selama ini diberikan kepada para pemimpin, pengusasa, organisasi, dan partai yang ada.

Apakah setelah mengalamai semua itu, umat benar-benar bangun? Apakah benturan yang begitu dahsyat dan pengalaman yang begitu pahit benar-benar berhasil membuatnya sadar? Apakah umat sadar bahwa kekuatan-kekuatan global, seluruhnya, bersatu padu untuk menghancurkannya? Apakah umat tahu bahwa timur dan barat, kiri dan kanan, memusuhi, membenci, dan menunggu kesempatan yang tepat untuk menghabisinya?

Sungguh sangat sesat jika ada yang berpikir bahwa umat harus mengekor kepada saah satu pihak. Artinya, jika tidak ke kanan, berarti harus berpihak ke kiri. Jika tidak komunis, maka harus kapitalis?!

Umat Islam harus sadar bahwa mereka memiliki jati diri yang independen dan istimewa. Tidak cenderung pada ideologi kanan atupun kiri. Jati diri yang orisinal. Karakteristik dan rambu-rambunya diadopsi dari ajaran Islam, agama, dan risalah fitrah. Berdasarkan keistimewaan dan orisinalitas inilah, ideologi Islam tetap berada di garis depan kemajuan pemikiran dan politik global.

Umat Islam harus sadar bahwa kekosongan besar (al faragh al kabir) yang dialaminya saat ini tidak mungkin diisi oleh kebijakan-kebijakan Gedung Putih Amerika Serikat. Tidak pula oleh program-progam yang digodok di Kremlin Uni Soviet. Kekosongan ini tidak bisa diisi oleh ide-ide pemikiran Karl Marx dan Lenin, atau oleh gagasan-gagasan Guevera dan Ho Chi Min.

Kekosongan itu hanya bisa diisi oleh Islam yang terimplementasikan dalam aqidah, sistem moral, dan aturan. Semua permasalahan di atas membawa gerakan Islam pada sebuah tanggungjawab sejarah yang sangat krusial. Tanggungjawab yang menuntut aktualisasi iman dan kemauan untuk berbuat . Apakah dai-dai Ilsam sudah menyadari tanggung jawab mereka?

Abu Bilal Fathi Yakan


sumber: hasanalbanna.id