2011-12-02 Perhimpunan Akhlak Mulia
Di antara guru-guru yang mengajar di Madrasah I’dadiyah ini adalah Muhammad Afandi Abdul Khaliq rahimahullah, seorang guru matematika dan olahraga. Dia memiliki akhlak yang mulia. Dialah yang mengusulkan agar siswa-siswa kelas tiga mendirikan sebuah organisasi sekolah, yang akhirnya disepakati dengan nama Perhimpunan Akhlak Mulia.
Dia sendiri yang membuat tata aturannya, sekaligus yang bertindak sebagai Pembina. Ia juga mengarahkan para siswa untuk memilih personil dewan pimpinan organisasi itu. Substansi tata aturan internalnya terkandung dalam ungkapan sebagai berikut: “Barang siapa memaki saudaranya, didenda satu millim (mata uang terkecil di Mesir); yang memaki ayahnya, didenda dua millim, yang memaki ibunya, didenda satu qirsy (sen Mesir), yang mencela agama, didenda dua qirsy, yang bertengkar dengan temannya, didenda dua qirsy. Sanksi ini akan dilipatgandakan jika yang melakukan adalah personil anggota dewan pimpinan dan pemimpinnya.
Barangsiapa tidak mau menunaikan sanksi ini, ia diasingkan teman-temannya hingga mau menunaikannya. Denda-denda uang yang yang terkumpul itu akan diinfaqkan untuk kebaikan dan kegiatan sosial. Seluruh anggota perhimpunan ini harus saling mengingatkan agar selalu berpegang teguh kepada agama, menunaikan shalat tepat pada waktunya, menaati Allah, mematuhi kedua orang tua, dan mematuhi siapa saja yang lebih tua atau yang lebih mulia.”
Bekal yang diperoleh dari Madrasah Diniyah Ar-Rasyad menjadi faktor penyebab si murid ini lebih berprestasi dibanding teman-temannya. Mereka pun menaruh perhatian yang besar kepadanya, sehingga ketika pemilihan dewan pimpinan perhimpunan ini dilakukan, pilihan mereka pun jatuh kepadanya untuk diangkat sebagai ketuanya.
Perhimpunan ini dapat menunaikan programnya dengan baik dan menindak setiap anggota yang melakukan pelanggaran dengan menarik denda dari mereka. Dari denda-denda itu terkumpullah uang cukup banyak. Uang itu dimanfaatkan untuk membantu mereka yang memerlukan. Misalnya, pernah membantu salah seorang siswa bernama Labib Iskandar, saudara kandung dokter sekolah yang harus pindah ke negara lain.
Sebagian dana yang lain dimanfaatkan untuk biaya mengurus mayat tak dikenal yang tenggelam di sungai Nil, yang secara kebetulan madrasah berada di pinggirnya. Tidak diragukan lagi bahwa perhimpunan semacam ini jauh lebih efektif dalam membina akhlak, dibanding dua puluh mata pelajaran yang teoritis sifatnya. Oleh karena itu, madrasah-madrasah dan lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya hendak memberi perhatian yang lebih besar lagi terhadap perhimpunan-perhimpunan semacam ini.
sumber: hasanalbanna.id