2012-01-16 Pengantar Kebebasan Wanita (4)
Saya berharap, buku yang mengupas masalah wanita dalam masyarakat seperti ini sudah muncul beberapa abad yang silam. Sebab, kaum muslimin sudah jauh menyimpang dari tuntutan agama dalam memperlakukan kaum wanita. Di tengah-tengah umat Islam telah beredar riwayat-riwayat dan hadits-hadits maudhu’ (palsu) atau mendekati maudhu’ Yang mengantarkan wanita ke alam kebodohan dan keterbelakangan dalam bidang agama dan dunia sekaligus. Menyekolahkan anak perempuan dianggap maksiat dan mereka dilarang pergi ke masjid. Mengetahui keadaan umat Islam, baik yang menyangkut masa sekarang maupun masa depannya merupakan sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benak wanita. Merendahkan kaum wanita danm enginjak-injak haknya, baik yang bersifat material maupun moral, sudah menjadi tradisi yang lumrah.
Kira-kira tiga tahun yang lalu, seorang khatib ternama, dengan nada kesal dan marah, berkata dalam khutbahnya: “Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya untuk masa lalu ketika kaum wanita tidak keluar kecuali tiga kali, yaitu dari perut ibunya ke alam dunia, dari rumah orang tuanya ke rumah suaminya, dan dari rumah suaminya ke liang kubur!”
Semoga Allah tidak memberkahi masa tersebut dan semoga masa semacam itu tidak terulang lagi dalam sejarah umat Islam sebab yang demikian itu adalah masa jahiliah, bukan masa silam. Masa tersebut merupakan era kemenangan bagi tradisi zalim, bukan kelanjutan dari ash shirath al mustaqim (jalan yang lurus). Ketersisihan umat Islam ke dalam kelompok Dunia Ketiga dalam bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, dan produktivitas, sebagian besar adalah diakibatkan oleh tradisi yang keliru tersebut.
Kemudian muncul kritikan terhadap pendapat tersebut dengan mengatakan: “Mengapa Anda tidak senang dengan ungkapan perasaan hati ulama yang ikhlas tersebut? Bukankah khutbahnya itu sejalan dengan isi hadits yang diriwayatkan dari Fathimah binti Rasulullah saw. Yaitu bahwa wanita tidak boleh melihat seseorang (laki-laki) dan tidak boleh dilihat oleh siapa pun? Bukankah hal itu pun dibenarkan oleh Rasulullah saw., sehingga beliau merangkul puterinya seraya berkata: ‘Sebagian manusia adalah satu keturunan dengan sebagian yang lain?’ Bukankah hal itu merupakan legitimasi terhadap sikap menyendiri yang diterapkan Islam terhadap kehidupan kaum wanita muali dari ayunan sampai ke liang kubur?”
Lontaran kritik itu saya tanggapi dengan pernyataan, “Yang Anda sebutkan itu tadi adalah hadits munkar (tidak bisa diterima). Tidak pernah kitab ataupun As Sunnah yang mulia mengatakan hal itu. Anda mengungkapkan hadits yang bertentangan dengan sesuatu yang mutawatir dari Al Quran dan hadits hadits sahih serta bertentangan dengan sejarah Nabi saw dan Khulafaur Rasyidin. Para pembuat hadits-hadits palsu dengan sengaja membuat hadits-hadits yang menyebabkan kaum wanita senantiasa berada dalam keadaan bodoh dan buta huruf. Hadits-hadits yang mereka lontarkan dipercayai oleh kalangan masyarakat yang mudah tertipu sehingga mereka tidak mau membuka sekolah untuk anak-anak perempuan. Mereka menciptakan hukum hukum yang melarang wanita pergi ke masjid. Mereka terus melangkah dalam kebodohan sehingga mereka memenggal fungsi wanita baik menyangkut agama maupun dunia, sebatas sisi kebinatangan semata. Akibatnya wanita kehilangan sisi kemanusiaannya”
Buku ini mengarahkan kaum muslimin kaum muslimin untuk kembali kepada sunnah Nabi Saw tanpa ditambah atau dikurangi sehingga dapat dijadikan dokumentasi berharga. Pengarangnya tergolong agama yang sangat mencibtai agamanya, menghargai ilmu pengetahuan, ikhlas membela yang hak, tidak suka debat kusir yang banyak disukai oleh ulama-ulama tanggung, memilih cara yang didasarkan pada pemaparan riwayat-riwayat yang disadur dari Bukhari dan Muslim, dan sedikit sekali beliau mengemukakan hadits-hadits di luar syaikh hadits Bukhari dan Muslim.
Dengan menyimak perkataan dan keterangan dari penulis buku ini Anda akan menemukan betapa luasnya ruang lingkup hubungan antara laki-laki dan wanita yang telah digariskan Islam. Anda pun akan menemukan betapa besar dan mulianya fungsi atau tugas yang berkaitan dengan kehidupan wanita. Penulis buku ini disamping menggariskan pedoman-pedoman yang benar dan bersumber dari hakikat Islam semata juga berupaya menjauhkan kaum muslimin dari tradisi Barat yang tengah dominan, serta menjauhkan mereka dari kekeliruan-kekeliruan yang menyelimuti peradaban modern. Kita harus menyelematkan manusia dari peradaban-peradaban tersebut dan tidak ingin kembali pada kekurangan dan kelemahan yang membuat kita kalah. Kita ingin kembali pada tradisi generas Islam zaman Nabi Saw dan masa-masa Khulafaur Rasyidin. Tidak ada kemuliaa selain dari masa seperti itu, apalagi jika dibandingkan dengan produk-produk generasi jahiliyah yang hanya menuruti hawa nafsu semata.
Muhammad Al Ghazali
sumber: hasanalbanna.id