Skip to main content

2012-01-26 Pengantar Syarah Ushul ‘Isyrin

Abdullah-bin-Qasim-Al-Wasyli..jpg

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam Yang Mahatinggi dibanding lawan tandingan-Nya, Yang mengetahui rahasia hati dan lahirnya. Ia telah memberikan kepada setiap diri yang diciptakan-Nya dan menunjukkan kepadanya jalan dosa dan ketakwaanya, serta mengilhamkan kepadanya berbagai manfaat dan mudaratnya. Aku memuji-Nya Swt. Atas besarnya pemberian dan kebaikan-Nya. Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada Muhammad, Nabi dan Rasul-Nya, serta penutup para nabi dan rasul-Nya, kepada keluarga dan sahabatnya, dengan salam yang sebanyak-banyaknya.

Amma ba’du.

Aku benar-benar merasakan telah mendapatkan kebaikan dan kehormatan yang sangat besar dengan berafiliasi kepada Islam yang telah Allah jadikan sebagai kebenaran yang diterima disisi-Nya, meniti jalan hidup-Nya, mendakwahkannya, dan memberikan pembelaan kepadanya. Sebagaimana Tuhan telah menjadikan derajat yang setinggi-tingginya kepada mereka yang berdakwah berdasarkan argumentasi yang jelas. Oleh karena itu, barang siapa Allah berikan kepadanya taufik dan istijabah, ditulislah pahala besar bagi dai maupun mad’u-nya.

Kaum Muslimin pertama telah keluar dari Jazirah Arab sebagai dai dan pemberi petunjuk yang memberi kabar gembira dan peringatan. Allah berikan kepada mereka taufik untuk menyebarkan Islam di sebagian besar penjuru bumi. Hal itu telah terjadi dalam waktu tidak lebih dari setengah abad.

Daulah Islam telah berdiri di berbagai belahan bumi, sehingga terwujudlah Islam sebagai agama yang kuat dan menang terhadap seluruh agama sepanjang abad-abad yang lalu, betapapun banyak serangan musuh dan perang permusuhan.

Pada awal paro pertama abad ke-14 H. telah terjadi perubahan besar yang hingga hari ini masih tetap berlangsung. Yaitu pada saat banyak kelompok penganut Islam yang menyempal dari agamanya secara alamiah, kemudian diikuti dengan penyimpangan ideologis dan pemikiran. Penyebabnya adalah tidak adanya sultan dan Quran yang melindungi akidah dalam jiwa kaum Muslimin sepanjang abad-abad yang lalu.

Perubahan besar itu terjadi karena adanya intervensi asing terorganisasi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa kafir terhadap kaum muslimin. Perang yang dilakukan terhadap umat Islam adalah perang ideologis yang dibarengi dengan perang militer dan ekonomi. Peran ideologis dan pemikiran itu lebih dahsyat pengaruhnya terhadap umat Islam.

Kaum muslimin pada abad-abad yang lalu sangat memahami bahwa Islam yang hanif adalah gambaran terpadu yang datang dari sisi Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sayyidina Muhammad saw. telah menyampaikan Islam yang sempurna ini secara jelas dan komprehensif, meliputi segala hal. Oleh karena itu, dijelaskannyalah hukum segala hal, beliau pun mencelup mereka dengan celupan Islam, maka segalanya menjadi baik.

Perubahan besar telah terjadi dalam kehidupan kaum Muslimin pada awal abad keempat belas ini. Moral masyarakat telah berubah, kekuasaan hukum Allah di muka bumi berubah,, selanjutnya sistem dan perundang-undangan buatan manusialah yang menguasai masyarakat Islam. Pada saat itulah, umat Islam dilanda kemiskinan dan ketelantaran. Eksistensi ideologis umat Islam pun roboh.

Seorang individu Muslim walaupun telah melihat ke segala arah namun ia tidak mendapati selain peradaban materialis sekuler yang dikendalikan oleh Barat kapitalis atau Timur ateis sosialis. Saat itu, pribadi Muslim dapat menyaksikan gerakan-gerakan dan berbagai revolusi yang semuanya adalah perubahan. Semuanya diberitakan sebagai sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan akidah, akhlak, maupun kemanusiaan sama sekali. Semua itu adalah gerakan-gerakan nasionalisme sempit, patriotisme, kebangsaan, sosialisme, komunisme, dan lain-lain. Semuanya haus darah, nyawa, pelecehan kehormatan, penganiyaan, dan berbagai bentuk pelampiasan dendam lainnya. Gerakan-gerakan menyimpang ini berkisar pada satu jalur yang diinginkan, yaitu untuk menambah penderitaan serta pembantaian umat manusia yang sangat mengerikan.

Umat Islam sangat membutuhkan suatu pedoman yang dapat menjamin keamanan, keimanan, dan menghilangkan derita juga kesengsaraan. Semua ini tidak mungkin akan terpenuhi kecuali dengan agama yang diridhai oleh Tuhan semesta alam sebagai cahaya dan petunjuk ini. Tuhan kita Swt mengatakan, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhan kalian (Muhammad dan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang-benderang (Al-Quran). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh dengan-Nya, maka Ia akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan karunia dari-Nya. Dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya.” (An Nisa’: 174-175).

Kembali kepada pedoman Allah Swt. Itulah sebenarnya kemenangan dan keselamatan dari segala penderitaan dan kesengsaraan yang membinasakan selama ini.

Allah telah menghendaki agar pada akhir abad keempat belas berdiri gerakan Ikhwanul Muslimim. Pada bulan Dzulqa’dah tahun 1347 H  di kota Ismailiah, Mesir, telah berdiri jamaah Ikhwanul Muslimin di rumah pendiri jamaah itu sekaligus mursyid’am-nya yang pertama, Imam Hasan bin Ahmad bin Abdur Rahman Al Banna. Pada pertemuan itu orang-orang yang hadir melakukan baiat (janji prasetia) untuk menghidupkan sunnah sayyidil mursalin dengan membangkitkan perhatian kaum Muslimin agar mereka bekerja berjuang di jalan Allah dan meninggikan kalimatullah.

Saat itu, sejak Hasan Al Banna mendirikan jamaah Ikhwanul Muslimin, membina para anggotanya dengan pembinaan, penataan, kekuatan, dan persiapan, sehingga jadilah sebuah pergerakan yang meliputi wilayah Mesir seluruhnya. Telah bergabung ke barisannya berbagai lapisan masyarakat dengan segala potensi dan profesinya. Demikian itu setelah mereka melihat kebersihan dakwah dan keluhuran tujuannya.

Di samping itu juga karena mereka melihat bahwa dalam gerakan itu tersimpan harapan yang mereka dambakan untuk mengembalikan umat Islam kepada kebesaran, kejayaan dan keagungannya. Ketika iman yang agung itu merasakan bahwa dakwahnya menyebar luas di tengah umat, khususnya di kalangan pemuda, maka mulailah beliau menuangkan suatu pedoman yang akan mereka ikuti dan jalan yang akan mereka lalui, agar mereka melangkah atas dasar petunjuk dan kejelesan. Karena itulah, beliau menuangkan sebuah risalah yang diberinya nama Risalatut Ta’alim yang termuat dalam arkanul baiat untuk memperjuangkan Islam. Beliau sebutkan bahwa rukun baiat yang pertama adalah al fahm (pemahaman) yang termuat dalam dua puluh prinsip yang tidak lain adalah objek pembahasan syarah (ulasan, uraian) ini.

Risalah yang sangat besar manfaatnya dan penuh dengan ilmu ini masih saja menjadi rujukan bagi para dai, masing-masing sesuai dengan tingkat pemahaman dan penguasaanya. Sebagian kecil di antara mereka melakukan syarah, seleksi, dan perujukan dari segi pemantapan dalil, penjelasan dari aspek bahasa dan penguraian apa saja berdasarkan fiqih, serta mengembalikan semua itu kepada dasar-dasar dalil dalam syariat Islam: Kitabullah, Sunah Rasul-Nya, ijmak, dan qiyas jaliy.

Demikian itulah syarah saudara Allamah Abdullah bin Qasim Al Wasyli dalam bukunya An Nahjul Mubin fi Syarh Al Ushul Al ‘Isyrin ini. Ia adalah sebuah syarah yang sangat bermanfaat karena telah memberikan sentuhan sempurna lagi memuaskan terhadap prinsip-prinsip luhur yang oleh penulisnya, Imam Hasan Al-Banna, dikatakan,

“Inilah risalahku kepada ikhwan mujahidin dari kalangan Ikhwanul Muslimin yang yakin dengan keluhuran dakwah dan kesucian fikrah mereka, bertekad untuk hidup dengannya, atau mati di jalannya. Kepada mereka saja kata-kata pendek ini aku tujukan. Ia bukanlah pelajaran-pelajaran untuk dihafalkan, ia adalah instruksi-instruksi yang harus dilaksanakan. Karena itu, marilah bekerja wahai Ikhwan yang jujur.

“Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. Kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan nyata, kemudian Ia akan mengabarkan kepada kamu apa saya yang dahulu kamu lakukan.'” (At Taubah: 105)

Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang harus lurus, maka ikutilah ia. Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan itu akan menceraiberaikan kalian dari jalan-Nya. Demikianlah yang Allah wasiatkan kepada kalian agar kalian bertakwa. (Al An’am: 153)

Adapun selain mereka ada pelajaran, ceramah, buku, makalah, acara seremonial, dan kegiatan formal. Masing-masing sudah ada arahan yang harus dikerjakannya, karena itu berlomba-lombalah kalian melakukan berbagai kebaikan, dan masing-masing telah Allah janjikan kepadanya surga.”

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Hasan Al Banna

(Majmu’atur Rasail Imam Hasan Al-Banna, h.055 cet Muassasah Islamiah, Beirut)

Demikianlah pengantar penerbitan Risalah Ta’alim Imam Al Banna rahimahullah. Dengan menelaah pengantar beliau rahimahullah, Anda mendapati bahwa beliau menghendekai risalah ini untuk dilaksanakan dan diamalkan. Ia bukanlah wacana ilmiah atau ensiklopedia yang sekadar ditempatkan oleh seorang muslim di rak-rak perpustakaannya. Ia adalah instruksi-instruksi yang harus dilakukan dengan sangat detail dan akurat, karena ia adalah intisari pemikiran, fiqih, berbagai arus pemikiran dan ideologis yang ada dizamannya. Ialah yang beliau rahimahullah mengatakan tentangnya, “Kami menginginkan pribadi Muslim, rumah tangga Muslim, masyarakat Islam, pemerintahan Islam, dan negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam lagi mewadahi seluruh kaum Muslimin, mengembalikan kebesarannya, meraih kembali tanah mereka yang hilang serta negeri dan tanah air mereka yang terampas, dan seterusnya. (Dari risalah “Al-Ikhwanul Muslimun di Bawah Panji Quran”.Lihat Majmua’atur Rasail h.192)

Ketika beliau mengucapkan pernyataan ini, Mesir dan banyak negeri lainnya sedang berada di bawah penindasan dan kesewenang-wenangan negara-negara besar seperti  Inggris, Amerika, dan Perancis. Mereka bergerak mengejar dai berpengalaman lagi sukses ini. Mereka mengeluarkan sebuah keputusan yang ditujukan kepada pemerintah Naqrasyi di Mesir agar segera membubarkan jamaah Ikhwanul Muslimin. Terjadilah apa yang terjadi, sebagaiman tertera dalam buku-buku terkenal.

Umat Islam benar-benar sangat perlu menelusuri jejak pahlawan-pahlawannya dan tokoh-tokoh yang berpengaruh kuat dalam kehidupannya, terutama mereka yang berperan dalam bidang keyakinan keagamaan dan perjuangan menghidupkan kejahatan politik yang merupakan pilar kehidupan mereka. Para pendahulu kita yang saleh telah mencatat dalam buku-buku besar tentang kehidupan tokoh-tokoh ulama dan pendahulu mereka yang saleh.

Barangkali Imam Hasan Al Banna termasuk tokoh terbesar abad kedua puluh ini, namun apa yang saya baca dan saya ketahui tentang dirinya masih sangat terbatas. Kita sangat membutuhkan kajiah ilmiah yang mendalam dan terperinci yang membicarakan tentang pribadi unik ini dari berbagai sisinya. Tentang keluarganya, reputasi keilmuan, dan kedudukan sosialnya. Di samping itu juga tentang peninggalan-peninggalan besarnya sebelum beliau meninggal, kemudian tentang murid-muridnya yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Kita sangat merindukan tulisan-tulisan khusus tentang pribadi ini secara ilmiah yang menjelaskan tentang dirinya dari berbagai sisi. Kematian di jalan allah telah menjemputnya pada usia yang masih sangat muda sehingga masih banyak potensinya yang tak terjemahkan. Meskipun demikian dalam tulisan-tulisannya ia tampak sebagai pribadi yang unik, luar biasa. Di dalam dirinya tersimpan sifat-sifat seorang mujtahid dengan kemurnian pikiran dan kejelasannya dalam memandang bebagai persolan. Pada waktu yang sama ia juga seorang yang diperangi dengan dahsyat. Ia telah terbunuh dan hanya dikuburkan oleh kaum perempuan bersama empat orang laki-laki saja, sementara pengikutnya sekarang berjuta-juta orang, tersebar di seluruh wilayah Mesir dan di negara-negara lainnya, khususnya negara-negara Asia, Afrika dan Eropa.

Dakwah imam yang satu ini tidak terbatas sebagai dakwah lokal dengan batas-batas territorial negara yang sempit. Dakwahnya telah menjadi dakwah semestawi yang meliputi dunia Islam seluruhnya, membangkitkan jiwa kebesaran, kemuliaan, dan ketakwaan dalam jiwa kaum Muslimin. Hari ini ia membangkitkan sehingga tidak akan tidur lagi setelah itu; ia memerdekakan sehingga tidak ada lagi perbudakan; ia adalah ilmu pengetahuan sehingga tidak ada lagi kebodohan sepeninggalnya.

Ia telah hidup dengan kehidupan orang asing di tengah para pemimpin Mesir. Demikian itu disebabkan karena perbedaan sifat dan karakternya. Ketika ia syahid, terjadi suatu peristiwa yang sangat menakjubkan, yaitu yang menshalatkannya di masjid hanya ayahnya yang sudah renta, tenang, dan berwibawa bahkan mengusung jenazahnya pun hanya perempuan-perempuan kerabat keluarganya. Tak seorang pun di antara pengikutnya yang laki-laki mengiringi kepergiannya, padahal jumlah mereka kala itu sudah ribuan. Penyebabnya sangat sederhana, yaitu keputusan otoriter dan lalim Raja Faruq, penguasa Mesir pada waktu itu menangkap pengikut-pengikutnya, mengasingkan, dan memenjarakan mereka. Akhirnya balasan yang diterima penguasa yang zalim ini sangat setimpal. Faruq, raja Mesir itu meninggal dan hanya dikuburkan oleh beberapa gelintir orang yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menguburkannya, dan jadilah Faruq seperti itu. Mahasuci Allah, seakan-akan dunia ini adalah negeri pembalasan.

Sepertinya aku melihat Imam Hasan Al Banna sebagaimana sebuat atsar yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw. berikut, “Ilmu ini akan diemban oleh setiap generasi akhir yang adil-adil, yang menghindarkannya dari penyimpangan orang-orang yang berlebihan, penjiplakan orang-orang yang batil, dan penafsiran orang-orang yang bodoh (HR. Baihaqi)

Semoga allah merahmati Imam Hasan Bin Ahmad bin Abdurrahman Al Banna dan memberikan balasan yang baik berkenaan dengan risalahnya yang unik lagi lengkap, dua puluh prinsip. Semoga allah memberikan balasan yang baik atau usaha keras saudara yang terhormat, Abdullah bin Qasim Al Wasyli, yang telah mensyarah ensiklopedia yang sangat bermanfaat ini, dan semoga menjadi seluruh amalnya hanya untuk mencari ridha-Nya

Wa akhiru da’wana anilhamdu lillaahi rabil’alamin.

13 Rajab 1409

Ditulis oleh yang mengharap ampunan Tuhannya,

Maasyraf Abdul Karim Al Mahrabi


sumber: hasanalbanna.id