2011-11-21 Memoar Hasan Al Banna untuk Da’wah dan Para Da’i
Saya tidak mengerti mengapa tiba-tiba saya berkeinginan kuat untuk menulis memoar ini, padahal dahulu saya sudah tidak ingin menulis memoar lagi seusai menulis memoar saya pada tahun 1943. Saya merasakan hal itu cukup melelahkan dan tidak menghasilkan kemanfaatan, kecuali sekedar memaknai kata-kata atau kesimpulan yang tidak sesuai dengan isinya hanya dengan alasan bahwa hal itu merupakan kemauan publik sebagai pihak yang punya “kekuasaan” untuk menuntut.
Boleh jadi hilangnya sebagian besar dari memoar saya itu merupakan sebab yang memotivasi saya untuk menulis memoar itu kembali. Sebab, tampaknya sayang sekali jika sebuah kenangan hidup hilang begitu saja, atau takut apabila hal itu akan terlupakan dan hilang ditelan masa, sedangkan itu merupakan lembaran-lembaran kehidupan yang akan dapat membahagiakan si penulisnya apabila ia membacanya kembali, selain dapat mewariskan kenangan itu kepada orang-orang sepeninggalnya. Sekalipun memoar saya yang pertama itu hilang, namun saya masih ingat kejadian-kejadiannya.
Barangkali inilah sebab lain yang membuat saya mempunyai keinginan untuk kembali menulis, sehingga perputaran zaman tidak lagi mendatangi memori ini. Perputaran siang dan malam pun terlupakan.
Apa pun alasan yang ada, saya memang senang menulis dan saya akan memenuhi keinginan saya untuk tetap menulis. Jika apa yang saya tulis itu adalah sesuatu yang benar, maka alhamdulillah; namun jika tidak, maka astaghfirullah. Saya yakin bahwa kalaupun tulisan ini tidak bermanfaat, insya Allah tetap tidak akan membawa mudharat. Namun kebaikanlah yang saya inginkan, dan Allah sajalah yang dapat memberi taufiq.
Kalaulah saya berpesan, (kepada orang-orang yang mendermakan dirinya untuk beramal dan mereka menyadari bahwa dirinya adalah orang yang rentan bersinggungan dengan pemerintah) agar mereka tidak usah getol menulis, hal itu karena lebih baik bagi dirinya dan bagi masyarakat banyak. Selain karena hal itu akan semakin menjauhkan kekeliruan penafsiran dan interpretasi.
“Allah mengatakan yang sebenarnya, dan Dia menunjukan jalan yang lurus.” (Al Ahzab:4)
sumber: hasanalbanna.id