Cinta Dalam Diam
Cinta dalam diam adalah cinta yang ceritanya penuh dengan doa, rasa haru, bersahaja dan air mata kebahagiaan. Cinta dalam diam biasanya ada kejutan dan pertolongan Allah dengan cara yang tidak diduga-duga. Cinta dalam diam adalah cinta sejati yang tumbuh abadi.
Cinta dalam diam adalah cintanya Fatimah dengan Ali. Mari kita renungkan sejenak bagaimana cara Ali mencintai Fatimah dengan indah.
Ketika suatu hari Ali melihat Fatimah membersihkan luka dan kotoran di baju Nabi, setelah Baginda dilempari oleh orang-orang yang membencinya. Betapa penyayangnya Fatimah.Betapa penuh cintanya Fatimah. Betapa mulianya Fatimah. Maka sejak hari itu diam-diam Ali menyimpan perasaan cinta kepada Fatimah. Diam-diam Ali menaruh hati kepada Fatimah.
Tapi dia tidak mau mengungkapkan rasa itu kepada Fatimah. Untuk menjaga Fatimah agar tidak terusik dengan rasa yang belum halal diantara mereka, dia ingin memuliakan Fatimah sebagai seorang putri Rasulullah.
Ali tidak ingin merusak cinta yang suci dengan menjalin hubungan yang Allah tidak suka. Ali takut, jika Allah mencabut rasa itu dari hatinya. Sehingga, diam-diam Ali berusaha mengumpulkan mahar yang pantas untuk meminang putri Rasulullah.
Tapi tiba-tiba, ia mendengar Abu Bakar datang kepada Nabi untuk melamar Fatimah. Betapa hancurnya hati Ali saat itu. Abu Bakar, ya, dia adalah laki-laki yang sangat mulia, kaya dan dekat dengan Nabi. Dia sangat layak menjadi suami Fatimah. Ali hanya bisa sabar dan pasrah.
Tidak lama setelah itu Ali mendapat kabar, bahwa ternyata lamaran Abu Bakar ditolak oleh Fatimah, Ali senang mendengar berita itu. Tapi, tidak lama berselang, laki-laki lainpun datang ke rumah Nabi. Dia adalah Umar bin Khatab, sahabat mulia yang terkenal sebagai seorang kesatria, penuh kharisma, wibawa.
Ali kembali ke atas sajadahnya mengadu kepada Allah. Lalu esok hari terdengar kabar, bahwa lamaran Umar pun ditolak oleh Fatimah. Tiba-tiba Ali merasa bingung dan takut. Ia berfikir, jika orang seperti Abu Bakar dan Umar saja ditolak, lantas bagaimana dengan dirinya?
Beberapa lama Ali diam, dan tidak berani menampakan diri di hadapan Rasulullah. Pernah juga beberapa kali ia membulatkan tekad untuk menemui Rasulullah dan menyampaikan keinginannya. Tapi, saat berada di depan pintu Nabi, lagi-lagi Ali ketakutan dan kembali ke rumahnya tanpa hasil.
Hingga suatu hari, Nabi memanggilnya ke rumah beliau. Datanglah Ali kepada Rasulullah, malu-malu. Duduk di depan Nabi sambil membatin, “Perlukah aku sampaikan isi hati ini kepada Rasulullah?”
Lama Nabi memandang wajah Ali yang pucat itu. Nabi tersenyum dan tiba- tiba bertanya, “Wahai Ali, aku tahu engkau memperhatikan Fatimah, apakah engkau ingin meminangnya?”
Tiba-tiba Ali kaget, haru, bingung sambil menahan nafas, Ali menjawab “Iya, ya Rasulullah.” Kemudian ia tertunduk pasrah, menunggu jawaban apapun dari mulut Nabi yang mulia, “Adakah mahar yang engkau miliki di rumahmu wahai Ali?” tanya Nabi.
Itu adalah jawaban bahwa Nabi menerima lamaran Ali, yaaaa Allah…
Betapa senangnya hati Ali saat itu, meski kemudian dia kembali tersadar untuk menjawab pertanyaan Nabi tentang mahar, “Saya hanya punya sebilah pedang ya Rasulullah, baju zirah dan seekor onta milik saya.”
Nabi kembali tersenyum, “Adapun pedang, simpanlah karna engkau membutuhkannya untuk berjihad di jalan Allah. Sedangkan onta, engkau membutuhkannya untuk perjalanan mencari nafkah bagi keluargamu. Maka jadikanlah baju zirahmu sebagai mahar untuk Fatimah.”
Seketika itu Ali merasa jadi orang paling beruntung di dunia. Memanglah benar, dia adalah lelaki paling beruntung di dunia setelah lamarannya diterima oleh Nabi dan Fatimah.Itulah kisah cinta dalam diam. Cinta, yang dijaga dibawah naungan ridha Allah.